How to Stop Being a People Pleaser

red and yellow smiley balloon

Ibuku tak pernah berpikir untuk berkata ‘tidak’. Dia selalu berkata iya jika orang lain membutuhkan bantuannya, seringkali Ibu terpengaruh dengan perkataan orang lain yang mana mereka mencampuri urusan kami.” -N, 16 tahun.

         Istilah people pleaser mungkin sudah tidak asing bagi sebagian orang. Istilah ini kadang diartikan sebagai seseorang yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain. Seorang people pleaser menawarkan dan memberi banyak bantuan untuk orang lain hingga tak jarang mengesampingkan dirinya sendiri. Bisa jadi, lho, kamu yang ga enakan itu ciri-ciri people pleaser! Eh, tapi apa salahnya, sih, jadi seorang people pleaser?

         Seseorang pernah mengakui bahwa ia sering merasakan kelelahan. Hal ini disebabkan oleh siklus tekanan dan rasa bersalah karena ia merasa harus selalu ada untuk orang lain. Sifat seorang people pleaser biasanya bermula dari harga diri yang rendah, seolah-olah ada nilai yang lebih tinggi ditempatkan pada kebutuhan orang lain alih-alih kebutuhan diri sendiri. Mereka juga sering tumbuh dengan pesan bahwa, “Untuk mendapatkan cinta dan perhatian, kamu perlu hadir dan dibutuhkan orang lain”.

         Seorang people pleaser biasanya ditandai dengan:

1. Mendahului kepentingan orang lain

2. Selalu menyetujui pendapat orang lain (bahkan ketika kamu tidak terlalu setuju)

3. Melakukan apa yang orang lain ingin lakukan

4. Bertindak sama seperti orang-orang di sekitar

5. Menghindari konflik

6. Merasa tidak mampu menunjukkan perasaannya

Seorang people pleaser seperti memiliki kemampuan mimikri pada bunglon, karena mereka berbaur dengan lingkungan dan mengambil karakteristik orang-orang di sekitar mereka. Mereka juga mudah bergaul karena mereka selalu siap membantu orang dan mendukung pendapat-pendapat orang lain. 

Bagaimana caranya berhenti menjadi seorang people pleaser?

1. Berani berkata ‘tidak’

Kamu perlu berkata tidak untuk hal-hal yang memang tidak ingin kamu lakukan. Selain jujur kepada orang lain, kamu juga jujur kepada diri sendiri. Cara ini mungkin memerlukan waktu untuk mengetahui apa yang kamu inginkan dan apa yang wajib kamu lakukan. Dan tanyalah kepada diri sendiri, jika kamu mengatakan “iya” untuk beberapa permintaan, apakah kamu merasa energimu bertambah atau malah terkuras?

2. Menghindari mengambil tanggung jawab baru

Jika kamu terus mengiyakan sebuah permintaan, ada kalanya seseorang memanfaatkan hal tersebut. Contoh terdekat dapat diambil dari sebuah kegiatan atau pekerjaan. Kamu perlu menerapkan titik batas dan jangan mengambil tanggung jawab baru yang bukan porsimu.

3.  Menerima bahwa dunia tidak adil

Bukan tugasmu untuk memperbaiki atau menyembuhkan orang lain. Sifat people pleaser dapat menjadi kebiasaan yang mengontrol dirimu. Kamu mungkin merasa bahwa kamu satu-satunya orang yang dapat melakukan sesuatu; misal memasak, mengelola tempat kerja, atau membuat semua orang senang. Kamu juga mungkin merasa bahwa kamu memiliki peran khusus dalam memperbaiki keadaan orang lain. Faktanya, terkadang kamu tidak dapat memperbaiki beberapa hal, dan jika kamu bersikeras mencobanya, mungkin hanya akan berakhir dengan kelelahan.

4. Perasaanmu valid, kok!

Jika kamu takut ditolak atau dikritik ketika menyatakan pendapat, pikiran tersebut harus kamu coba buang jauh-jauh. Saat pertama kali mencoba mengungkapkan pendapat, kamu mungkin masuk dalam mode “fight or flight”. Kamu dapat mencoba trik ini: pikirkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengungkapkan pendapat, dan setiap orang juga berhak untuk menerima dan menolak pendapat tersebut. Jujurlah dari lubuk hatimu yang paling dalam.

5. Belajar duduk di tempat yang tidak nyaman dalam sebuah konflik

Bagi seorang people pleaser, duduk di tempat ‘tidak nyaman’ di sebuah konflik mungkin sama dengan membahayakan diri sendiri. Sejatinya kamu mungkin selalu menerima apa yang orang lain katakan. Tetapi, jika kamu merasa tidak setuju atau tidak diperlakukan adil, kamu berhak membela diri kamu sendiri. Mungkin kamu akan belajar cara mengatur emosi dalam cara ini karena kamu tidak terbiasa. Temukan cara yang kamu rasa nyaman untuk mengungkapkan apa yang kamu pikirkan, misalnya berbicara empat mata atau merencanakan pertemuan yang sudah kamu persiapkan.

6. Mencoba mengutamakan diri sendiri

Jika kamu seorang people pleaser, tentu kamu tahu persis cara menyenangkan orang lain. Cobalah berikan usaha-usaha terbaikmu untuk membahagiakan diri sendiri sama seperti kamu membahagiakan orang lain!

Sifat seorang people pleaser dapat menjadi tidak terkendali dan hal itu dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental kamu. Kamu dapat terus-menerus menghadapi tekanan, rasa bersalah, dan membuatmu merasa harus memenuhi ekspektasi orang lain. Kamu juga jadi tidak memiliki waktu untuk jujur dan mengenali diri sendiri lebih dalam. Dengan cara-cara di atas, mungkin kamu bisa mengambil kembali kesempatan untuk menyeimbangkan hidup kamu agar dapat menempatkan diri lebih baik lagi nantinya. Semangat, ya!

Penulis: Laurentia Stella Vania

Sumber: 

Leonard, Erin. 2021. Are You a People Pleaser? How to Stop Caring About What People Think. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/peaceful-parenting/202101/are-you-people-pleaser-how-stop-caring-about-what-people-think (diakses 24 Juli 2021)

Jack, Claire. 2020. How to Stop Being a People Pleaser. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/women-autism-spectrum-disorder/202004/how-stop-being-people-pleaser (diakses 23 Juli 2021)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?