Belajar Mengelola Emosi, yuk!

Emosi saya kadang nggak bisa dikontrol , saya juga sensitif banget sama kata- kata atau kalo ada yang berbeda dari orang saya langsung kepikiran” – S

Luka emosi yang aku bawa dan aku tahan dari SD-SMP meledak sejadi-jadinya saat aku SMA sampai kuliah sekarang. Kayak mood dan pikiranku tuh nggak karuan karena nggak terima sama luka yg udah nyakitin aku.” – NWM, 20 tahun

Kadang, karna aku emosi ke orang tua aku, aku jadi lampiasin ke temen-temen aku, dan aku bener-bener jadi pendiem karena takut salah.” – AS, 16 tahun

Kita sebagai manusia tentunya memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosi. Emosi adalah respons alami yang dirasakan manusia jika dihadapi pada kondisi tertentu. Emosi mempunyai peran penting dalam reaksi karena sangat berpengaruh pada kehidupan. Emosi juga dapat mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi, berpengaruh terhadap pengambilan  keputusan dan membangun persepsi.

Pada tahun 1970-an, Psikolog Paul Ekman mengidentifikasi enam emosi dasar yang dialami secara universal dalam kehidupan manusia. Enam emosi dasar itu adalah bahagia, sedih, jijik, takut, terkejut dan marah. Sementara itu, secara umum emosi dapat digolongkan jadi dua jenis, yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif adalah emosi yang biasanya kita anggap menyenangkan untuk dialami. The Oxford Handbook of Positive Psychology mendefinisikan emosi positif sebagai respon situasional yang menyenangkan atau diinginkan. Ekspresi kebahagiaan, kesenangan, dan keceriaan termasuk ke dalam emosi positif. Sedangkan emosi negatif adalah emosi yang biasanya tidak menyenangkan untuk kita alami, seperti kecewa, kesal dan marah. Oleh karena itu jika ada suatu emosi yang mematahkan semangat kamu dan membuatmu jatuh, kemungkinan besar itu adalah emosi negatif. 

Emosi negatif bisa muncul kapan saja dan di mana saja, tergantung situasi yang dialami masing-masing orang. Namun, sebagian orang terkadang gagal mengontrol emosi negatif itu sehingga berujung pada tindakan destruktif seperti menyakiti diri sendiri dan tindakan yang mempengaruhi mental secara negatif yang dapat berakhir kepada stress. Sementara apabila seseorang bisa mengelola dan mengontrol emosi negatifnya maka ia akan lebih siap menghadapi situasi apa pun.

Lalu bagaimana kita dapat mengontrol emosi dengan baik?

  1. Meditasi 

Meditasi membantu setiap orang belajar untuk duduk sekaligus sadar akan semua pikirannya. Tujuan utama meditasi untuk mengenali pikiran yang muncul, menerimanya, dan membiarkannya pergi tanpa kesal atau menghakimi diri sendiri karena memilikinya. 

  1. Menulis jurnal 

Ketika melakukan kesalahan, sebagian orang mengalami perasaan yang bercampur aduk sehingga membuat pikiran menjadi lelah. Dengan menulis jurnal dapat membantu kita untuk menumpahkan segala pemikiran tersebut. Walaupun hanya sebatas menuliskan perasaan dalam kertas, menulis jurnal dapat menjadi katarsis emosional atau pelepasan emosi terutama emosi negatif agar tidak mengganggu perkembangan fisik, psikologis, emosional dan sosial seseorang. Agar mendapat hasil yang maksimal, sempatkan waktu setidaknya 5 menit setiap hari untuk menuliskan apapun yang ada dalam pikiran.

  1. Berpikir positif 

Optimisme tidak semerta-merta mampu menyelesaikan masalah, tetapi hal itu bisa meningkatkan kesehatan emosional. Cobalah untuk berbicara kepada diri sendiri (self-talk) tentang pencapaian positif yang telah kamu alami, selalu fokus pada kesuksesan daripada kegagalan saat ingin mencoba sesuatu dan selalu ingatkan ke sendiri bahwa kamu bisa mencoba lagi saat gagal. Kamu dapat melakukan self-talk dengan cara memposisikan tubuhmu agar rileks, mengatur napa, memejamkan mata, dan mengatakan hal positif berulang-ulang sehingga akan semakin melekat dalam pikiran.

  1. Memaafkan 

Sebagian orang cenderung merasa tidak adil ketika mengalami kegagalan. Namun kegagalan yang sudah terjadi tidak bisa kita perbaiki lagi. Ketika kamu mengalami kegagalan lebih baik kamu memaafkan, melepaskan, dan mencobanya kembali. Memaafkan tentu akan membantumu untuk meredakan rasa sakit. Memaafkan tentu tidak mudah dan dalam prosesnya kamu akan butuh waktu untuk berdamai dengan rasa tersebut sebelum bisa benar-benar melepaskannya.

  1. Melihat sudut pandang lain

Saat kamu mengalami suatu masalah, kamu bisa melihatnya dari perspektif lain. Hal ini akan membantu untuk mempertimbangkan gambaran yang lebih besar daripada terjebak dalam masalah itu sendiri. Misalnya, hubungan yang telah lama kamu jalani mengalami keretakan karena masing-masing terlalu sibuk dan jarang ada waktu bersama, dan tiba-tiba kamu kehilangan pekerjaan. Daripada berpikir “sudah hubungan ada masalah, dipecat lagi”, kamu justru bisa melihatnya dari perspektif lain. Kehilangan pekerjaan memang dapat menjadi beban tersendiri, tapi setidaknya kamu punya waktu untuk pasangan dan memperbaiki hubungan tersebut.

  1. Membicarakan masalah 

Kita dapat memperbaiki emosi negatif menjadi positif daripada menyingkirkan emosi negatif itu sendiri. Karena emosi negatif sewaktu- waktu akan dapat kembali. Sementara pada situasi tertentu, emosi negatif dapat meledak dalam bentuk perubahan suasana hati, tekanan mental, serta gejala fisik seperti ketegangan otot atau sakit kepala. Maka dari itu, penting untuk membicarakan perasaan kamu kepada orang lain yang terlibat dalam masalah tersebut. Mengomunikasikan masalah yang kamu alami memang tidak selalu dapat menyelesaikannya. Namun perlu diingat bahwa semua masalah tentu ada penyelesaiannya, sehingga solusi tetap akan ditemukan. Beberapa masalah serius dapat berdampak kepada kesehatan mental, terutama jika kamu tidak memperbaiki situasi tersebut. Kamu juga dapat membicarakan perasaanmu dengan orang yang kamu percaya atau sayangi seperti sahabat atau keluarga, yang mana mereka bisa memberi dukungan sosial dan emosional dengan sudah mendengarkan dan membenarkan perasaanmu.

  1.  Temui Psikolog

Beberapa masalah serius akan menyebabkan banyak stress khususnya ketika kamu tidak bisa memperbaiki situasi tersebut. Misalnya kamu mengalami putus cinta, menghadapi masalah kesehatan yang mempengaruhi psikismu ataupun menghadapi kesedihan. Disaat kita dihadapkan pada situasi tersebut tentu dapat menjadi beban yang berat. Memang tidak banyak yang dapat kamu lakukan jika dihadapi pada situasi tersebut. Namun perlu diingat bahwa kamu tidak perlu merasakannya sendirian. Psikolog dapat membantumu mengelola tekanan emosional dengan memberikan panduan tentang strategi penanganan yang berfokus pada emosi itu sendiri.

https://positivepsychology.com/positive-negative-emotions/

https://www.psychologytoday.com/us/blog/hide-and-seek/201601/what-are-basic-emotions

https://www.healthline.com/health/emotion-focused-coping#journaling

Penulis: Ainaya Rahmadila

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?