Mempererat Pertemanan

Saya merasa gak ada sahabat yang mengerti saya padahal saya sudah peduli kepada mereka, saya sudah percaya kepada mereka. Mereka tidak ada ketika saya butuh. Mereka hanya memberikan komentar sekadarnya bila saya bercerita. Bagaimana caranya agar bisa disenangi sahabat dan memiliki sahabat?” – TR, wanita, 18 tahun

Teman merupakan sosok yang begitu penting di dalam hidup kita. Mereka ada untuk menemani kita saat kita senang maupun sedih. Mereka bisa menjadi salah satu pendukung kita yang begitu krusial. Mengapa mereka begitu berarti? Mengapa mereka bisa begitu dekat dengan kita?

Pertemanan adalah sebuah hubungan yang melibatkan dua orang atau lebih yang saling bergantung satu dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan akan dukungan, kasih sayang dan bantuan kepada setiap anggotanya (Hays, 1988). Sebuah studi memperlihatkan bahwa kualitas pertemanan dan seberapa sering kita bertemu teman berhubungan dengan kesejahteraan diri (Amati, Meggiolaro, Rivellini, G. et al., 2018). Studi lain menunjukan bahwa dukungan yang diberikan oleh teman dan perasaan bahwa ada yang menemani kita berhubungan dengan kebahagiaan (Baldassare et al., 1984). Kedekatan dengan teman dan kepuasan akan pertemanan kita juga berhubungan dengan kebahagiaan (Diener & Seligman, 2002;  Lyubomirsky, Tkach & DiMatteo, 2006). Berdasarkan definisi dan hasil penelitian, kita bisa melihat bahwa memiliki teman memberikan kebahagiaan bagi kita. Dengan begitu, teman adalah sosok yang penting di dalam hidup kita.

Karena teman merupakan sosok yang penting, setiap orang pasti memiliki kriteria tersendiri untuk menyebut temannya adalah teman dekat. Apabila kriteria tersebut terpenuhi, kita ingin menjaga pertemanan kita. Walaupun setiap orang memiliki kriteria masing-masing, peneliti telah menyimpulkan beberapa ciri khas pertemanan yang umum dimiliki oleh teman dekat. Menurut Miller (2011), terdapat tiga ciri khas pertemanan, yakni affection, communion, dan companionship

  • Affection. 

Kita saling merasakan kasih sayang, saling menyukai, mempercayai, menghormati, serta setia satu sama lain dengan teman dekat kita. Kita bebas menjadi diri kita sendiri di hadapan teman baik kita, begitupun sebaliknya. 

  • Communion

Persahabatan yang baik melibatkan persatuan. Dengan teman dekat kita, kita saling terbuka, saling mendukung secara emosional, dan saling membantu secara materil. Kita dan teman dekat kita saling menghargai satu sama lain.

  • Companionship

Persahabatan membuat kita berbagi minat dan kegiatan. Persahabatan juga menganggap satu sama lain sebagai sumber kebahagiaan.

Setelah melihat ciri universal dari pertemanan, kita dapat melihat bahwa teman memberikan timbal balik dari apa yang kita lakukan. Teman akan memberikan dukungan, membuat kita nyaman untuk terbuka satu sama lain, saling percaya, serta saling menganggap bahwa satu sama lain adalah sumber kebahagiaan. 

Bagaimana kita bisa menjadi teman yang baik? Oswald (2016) menemukan empat kunci untuk mempererat persahabatan kita. 

  1. Positif

Menghargai hubungan pertemanan dengan saling mengekspresikan rasa terima kasih dan bersemangat setiap bertemu. 

  1. Memberi Dukungan

Memberikan keyakinan dan dukungan kepada teman dengan mengizinkan teman kita merasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan memberikan dukungan di saat teman kita merasa kesulitan.

  1. Terbuka

Saling merasa nyaman untuk berbagi informasi atau cerita tentang diri kita yang bersifat pribadi dan sensitif, juga saling bertanya kabar satu dengan yang lainnya.

  1. Interaksi

Menghabiskan waktu bersama dan melakukan aktivitas bersama.

Memiliki teman memang membuat hidup kita lebih menyenangkan. Mari apresiasi teman yang masih bersama kita sampai saat ini.

Referensi:

Amati, V., Meggiolaro, S., Rivellini, G. et al. Social relations and life satisfaction: the

role of friends. Genus 74, 7 (2018). https://doi.org/10.1186/s41118-018-0032-z

Baldassare M, Rosenfield S, Rook K. The Types of Social Relations Predicting Elderly Well-Being. Research on Aging. 1984;6(4):549-559. doi:10.1177/0164027584006004006

Diener, E., & Seligman, M. E. (2002). Very happy people. Psychological science, 13(1), 81-84.

Hays, R. B. (1988). Friendship. In S. Duck (Ed.), Handbook of personal relationships. Theory, research and interventions. London: John Wiley & Sons.

Lyubomirsky, S., Tkach, C., & DiMatteo, M. R. (2006). What are the differences between happiness and self-esteem. Social indicators research, 78(3), 363-404.

Miller, R., (2011). Intimate relationships. Handbook of Intercultural Communication, 341.

Penulis: Sekar Aulia Winesa

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?