Toxic Productivity

printed sticky notes glued on board

Apakah salah jika kita melakukan hal produktif yang berlebihan?

Sebelum kita mencari jawaban atas pertanyaan di atas, coba jawab lagi pertanyaan ini: Apakah kamu orang yang selalu merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu? Jika iya, mungkin kamu terjebak dalam toxic productivity. Istilah ini pasti sudah tidak asing lagi buat kamu, ‘kan?

         Toxic productivity sendiri merupakan tren budaya yang didefinisikan sebagai obsesi dan kecanduan untuk menjadi produktif. Akibatnya seseorang diukur dan dinilai dari tingkat produktivitas mereka. Budaya produktivitas berlebihan ini jauh meningkat setelah pandemi melanda. Kegiatan produktivitas yang berlebihan banyak dilakukan orang dengan berbagai alasan: mungkin kamu awalnya hanya ingin mencari aktivitas baru, mungkin kamu awalnya hanya ingin melarikan diri dari sesuatu, atau mungkin kamu terpacu karena gencarnya media sosial mempromosikan toxic productivity. Tanpa sadar kita meleburkan ‘pekerjaan’ dan ‘aktivitas keseharian’ kita. Dan lagi, waktu luang kita selama pandemi ini bertambah dan semua kegiatan dapat dilakukan secara bersamaan.

         Dampak produktivitas berlebihan yang kita lakukan pada awalnya mendistraksi kita dari hal-hal negatif dan berujung pada kepuasan diri. Tapi lambat laun, kita akan merasakan kelelahan, selalu merasa tidak puas, dan dapat berujung pada burnout, demotivasi, hingga depresi. Simone Milasas, penulis buku Joy of Business berkata, “Ketika produktivitas tidak sehat ini mengendalikan hidupmu, kamu akan menilai diri sendiri atas apa yang belum kamu lakukan, daripada melihat apa yang telah kamu capai.”

         Bagaimana caranya lepas dari toxic productivity?

1. Tetapkan target

         Tanda kamu terjebak dalam toxic productivity adalah tidak adanya kepuasan dalam melakukan sesuatu. Karena itu coba buat dan tetapkanlah target realistis yang bisa kamu capai. Tambahkan juga catatan kecil tentang kegiatan mana saja yang bisa kamu nikmati. Berhenti bertanya-tanya, “Apa yang harus aku lakukan?” dan cobalah ajukan pertanyaan ini pada diri sendiri: “Apa yang bisa dilakukan untuk mengerjakan hal ini tanpa stress?”

2. Jadwalkan me time

Ketika larut dalam pekerjaan dan produktivitas yang berlebihan, kita terkadang lupa untuk memikirkan diri sendiri. Selipkan jadwal me time-mu ke dalam agenda keseharian. Dan cobalah memanfaatkan akhir pekan untuk refreshing. Kamu tidak akan ketinggalan apapun, dan kamu tidak akan rugi jika tidak melakukan apa pun. Daripada terus terbelenggu pada pekerjaan dan membiarkan toxic productivity memimpinmu, coba lah bersenang-senang dan anggap akhir pekan sebagai self-reward atas apa yang telah kamu capai.

3. Mengobrol dengan teman atau profesional

         Berbicara dengan teman dapat membantumu di sela kegiatan yang padat. Kamu juga bisa menemui terapis karena toxic productivity semacam ini dapat menjadi respon trauma atas sesuatu. Ketika seseorang mengalami trauma, salah satu yang terpengaruh adalah perasaan. Kamu akan selalu merasa tidak cukup dan berusaha menebus hal itu dengan membuktikan bahwa kamu dapat melakukan lebih banyak hal dan ingin terus terlihat lebih baik. Tidak ada salahnya pergi menemui terapis untuk mengatasi hal tersebut.

         Nah, tentu kamu sudah bisa menemukan jawaban atas pertanyaan pertama di awal. Melakukan segala sesuatu secara berlebihan tentu saja tidak baik. Tapi hal tersebut kembali lagi pada diri kamu, coba tanyakan sekali lagi: Apakah aku menikmati hal ini atau tidak? Semoga kita dapat lebih membatasi diri untuk tidak melakukan segala hal secara berlebihan.

Penulis: Laurentia Stella Vania

Referensi:

Miller, Kaitlyn. 2021. Discussing The Harms of Toxic Productivity With an Expert Psychologist. https://greyjournal.net/hustle/grow/discussing-the-harms-of-toxic-productivity-with-an-expert-psychologist/ (Diakses pada tanggal 5 September 2021)

Smith, Julie. 2020. Mental Health Awareness Week – Toxic Productivity. https://manbehindthemirror.co.uk/blogs/the-magazine/the-lockdown-an-introduction-to-toxic-productivity (Diakses pada 6 September 2021)

Wong, Brittany. 2021. What is Toxic Productivity? Here’s How to Spot the Damaging Behavior. https://www.huffpost.com/entry/toxic-productivity-work_l_606655e7c5b6aa24bc60a566 (Diakses 7 September 2021)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?