Self-harm Bukan Jalan Keluar

“Terkadang kalo rasa bersalah aku makin tinggi, nggak jarang aku melakukan self-harm buat bikin aku lebih tenang.” – DH, 18 tahun

“Aku pernah melakukan self-injury. Aku sudah berusaha untuk menahan diri dan berupaya untuk tidak menyakiti diri sendiri. Tapi rasanya itu sulit sekali.“ – FA, wanita 18 tahun

“Aku pernah ngelakuin self-harm sebagai satu-satunya cara komunikasi kalo emang aku lagi nggak baik-baik aja, dan merasa plong kalo abis ngelakuin itu” – TP, 19 tahun

Apa itu self-harm?

Self-harm adalah perilaku melukai diri sendiri pada sebagian orang sebagai cara untuk menghadapi perasaan yang sangat sulit, kenangan menyakitkan, atau situasi yang melelahkan. Self-harm merupakan cara untuk melukai diri sendiri, termasuk apapun yang dilakukan untuk membahayakan serta melukai diri sendiri dengan sengaja. 

Siklus self-harm

Melukai diri sendiri biasanya dimulai sebagai cara untuk meredakan tumpukan tekanan dan pikiran yang membuat stres. Cara ini mungkin memberikan kelegaan dari rasa sakit emosional, namun penting untuk diketahui bahwa hal ini hanya bersifat sementara karena alasan yang mendasari masih ada. Setelah itu, perasaan bersalah dan malu mungkin mengikuti, sehingga dapat melanjutkan siklus tersebut.

Siklus Self-Harm

Beberapa orang menggambarkan self-harm sebagai cara untuk:

  1. Mengungkapkan perasaan seperti kesedihan, membenci diri sendiri, kehampaan, rasa bersalah, dan amarah.
  2. Mengekspresikan perasaan yang tidak dapat diungkapkan.
  3. Merasa memegang kendali, menghilangkan rasa bersalah, atau menghukum diri sendiri.
  4. Mengalihkan perhatian dari emosi yang berlebihan.
  5. Merasakan sensasi perasaan yang baru daripada merasa mati rasa.

Setelah melukai diri sendiri, seseorang mungkin merasakan lega dalam jangka pendek, tetapi masalah yang sebenarnya dialami itu tidak akan hilang, tidak peduli seberapa kesepian, tidak berharga, atau terperangkap yang dirasakan saat ini. Meskipun selalu ada alasan di balik perilaku self-harm, penting untuk diketahui bahwa melukai diri sendiri membawa risiko dan memerlukan waktu yang lama untuk berhenti.

Lalu bagaimana cara kita untuk berhenti melakukan self-harm?

  1. Curhat pada seseorang

Mungkin terasa menakutkan atau berat, namun akan sangat melegakan setelah menceritakan apa yang dialami. Memutuskan siapa yang akan dipercayai memang sulit. Tanyakan pada diri sendiri siapa yang dapat membuat diri merasa diterima dan didukung, bisa jadi teman, guru, konselor, atau kerabat. 

Ada hal yang harus diperhatikan saat kamu membicarakan pengalaman self-harm:

  • Fokus pada perasaan. Ceritakan perasaan atau situasi yang mengarah pada self-harm, bukan menceritakan bagaimana kamu menyakiti diri sendiri. Hal ini akan membuat mereka lebih paham perasaanmu dan memastikan apakah kamu membutuhkan bantuan mereka atau tidak.
  • Berkomunikasi dengan cara yang paling nyaman. Jika terlalu gugup untuk berbicara secara langsung, kamu bisa memulai percakapan dengan chat (meskipun penting untuk menindaklanjuti dengan tatap muka). Jangan merasa tertekan untuk membagikan hal-hal yang belum siap dibicarakan. Kamu tidak perlu menunjukkan cedera yang timbul akibat self-harm atau menjawab pertanyaan yang dirasa tidak nyaman untuk dijawab.
  • Beri lawan bicara waktu untuk memproses apa yang kamu bicarakan. Reaksi orang yang kamu ceritakan akan berbeda-beda, seperti kaget, marah, dan takut. Bagikan pengetahuanmu tentang self-harm kepada mereka agar mereka semakin mengerti dan mampu memberimu dukungan.
  1. Identifikasi pemicu tindakan self-harm

Memahami pemicu self-harm menjadi langkah penting untuk pemulihan. Jika kamu mengetahui tujuan dari self-harm, kamu bisa mencari cara lain untuk menggantikan perilaku tersebut. Jika kamu sulit untuk menunjukkan perasaan yang memicu keinginan self-harm, kamu mungkin perlu melatih kesadaran emosional. Kesadaran emosional berarti mengetahui apa dan mengapa perasaanmu muncul. Hal ini adalah kemampuan untuk mengekspresikan apa yang kamu rasakan dari waktu ke waktu dan untuk memahami hubungan antara perasaan dan tindakanmu.

  1. Temukan cara mengatasi self-harm yang baru

Jika kamu ingin berhenti, kamu memerlukan alternatif lain untuk mengatasi masalah. Jika kamu melukai diri sendiri untuk mengekspresikan rasa sakit dan emosi, kamu dapat melakukan hal- hal ini:

  • Melukis, menggambar, atau mencoret di kertas dengan tinta atau cat merah
  • Menulis perasaan negatif di kertas dan merobeknya
  • Mendengarkan musik yang mengekspresikan perasaanmu

Jika kamu melukai diri sendiri untuk menenangkan diri, kamu bisa:

  • Mandi air hangat
  • Memeluk peliharaan
  • Memijat tubuh

Jika kamu menyakiti diri sendiri karena merasa mati rasa, kamu dapat:

  • Menelepon teman (tidak perlu membicarakan tentang menyakiti diri sendiri)
  • Mandi air dingin
  • Kunyah sesuatu dengan rasa yang sangat kuat, seperti cabai atau peppermint

Jika kamu melukai diri sendiri untuk melepaskan ketegangan atau melampiaskan amarah, kamu dapat:

  • Berolahraga
  • Memukul bantal atau kasur atau berteriak ke bantal
  • Merobek kertas
  1. Cari bantuan profesional

Psikolog maupun psikiater dapat membantumu mengembangkan teknik dan strategi baru untuk menghentikan tindakan menyakiti diri sendiri, sekaligus membantumu mengetahui akar penyebab perilaku self-harm. Menyakiti diri sendiri mungkin adalah caramu mengatasi perasaan terkait kejadian di masa lalu, perasaan negatif, atau kenangan traumatis lainnya, namun bisa saja kamu tidak secara sadar menyadari hubungannya. Maka dari itu, kamu perlu untuk mencari bantuan profesional. 

Referensi:

https://www.mentalhealth.org.uk/publications/truth-about-self-harm

Penulis: Ainaya Rahmadila

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?