“ Aku punya ayah yang sangat keras. ayah selalu ingin aku menjadi sosok yang sempurna. Ia ingin aku berubah agar orang lain suka dan memujiku. Tentu saja aku sedih, karena aku sangat berusaha untuk mencintai diriku sendiri. Hal itu yang buat aku jadi punya trust issue, gak bisa percaya sama siapapun bahkan ke diriku sendiri.” – AL.
Pernahkah kalian mengalami krisis kepercayaan terhadap orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara, sahabat ataupun teman? Kalian merasa mereka lah yang dapat dipercaya. Namun, bukannya menguatkan, mereka justru berbohong, berkhianat, ataupun membuatmu minder. Akhirnya kamu sulit percaya terhadap orang lain dan lebih buruknya kamu bahkan tidak percaya terhadap dirimu sendiri. Inilah yang disebut trust issue.
Trust issue merupakan krisis kepercayaan atau bisa dibilang sulit menaruh kepercayaan terhadap orang lain. Kok bisa gitu ya? Jadi trust issue ini biasanya disebabkan pengalaman traumatis yang pernah terjadi pada diri seseorang. Semacam luka yang belum sembuh akibat pernah disakiti oleh orang lain. Orang yang memiliki trust issue cenderung berpikir negatif saat menjalin hubungan dengan orang lain. Lantas apa tanda-tanda orang yang memiliki trust issue? Berikut tanda-tandanya.
- Sulit percaya terhadap orang lain.
Ciri paling utama orang dengan trust issue adalah sulit percaya. Mereka cenderung merasa cemas, overthinking, ataupun takut terhadap keluarga, teman, maupun pacar jika tiba-tiba dibohongi atau dikhianati. Misalnya seorang yang berpacaran berusaha untuk melihat isi hp doi untuk mengantisipasi kecemasan akan dikhianati.
- Tidak ingin terlalu dekat dengan orang lain.
Orang yang memiliki trust issue akan berusaha menjaga jarak dengan orang lain. Mereka berusaha meminimalisasi kemungkinan buruk yang akan terulang kembali. Sehingga mereka membatasi interaksi dengan orang lain.
- Negative thinking.
Orang dengan trust issue cenderung berpikiran negatif saat bertemu dengan orang baru. Mereka merasa orang yang mendekatinya hanya memanfaatkannya atau tidak benar-benar tulus ingin berteman. Mereka takut akan dibohongi dan dikhianati lagi.
Hal ini mengakibatkan mereka takut mengenal orang baru dan lingkungan baru. Padahal hidup penuh perubahan dan seseorang perlu beradaptasi loh. Supaya tidak berlarut-larut trust issue-nya, bagaimana cara menghadapinya? Ini ada beberapa tips yang dapat kalian coba.
- Self-reflection.
Penting bagi seseorang melakukan refleksi diri setelah mengalami pengalaman buruk. Akui emosi yang sedang kamu rasakan tapi jangan berlarut-larut. Wajar kok kalian merasa sakit hati setelah dibohongi, dikhianati, ataupun setelah pengalaman buruk yang terjadi pada kalian. Selanjutnya, coba berdamai dengan keadaan. Memang cukup sulit, tetapi jika kalian mampu melakukannya, emosi negatif yang kalian rasakan perlahan akan hilang dan hati akan lega. Kejadian yang kalian alami sudah menjadi masa lalu dan ada hal menarik yang akan kalian alami di masa depan. Itulah pengalaman kalian yang akan mendewasakan di masa depan.
- Here and now.
Disini dan sekarang. Kalian hidup di tempat dan di waktu sekarang. Yang lalu biarlah berlalu. Kerjakan apa yang ada sekarang dengan penuh kesadaran. Hidup bukan untuk mengenang apa yang sudah terjadi tetapi melakukan apa yang menjadi tugasmu sekarang tanpa beban masa lalu. Jadi, lakukan yang terbaik.
- Komunikasi.
Komunikasi ini perlu banget saat kalian menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan berarti interaksi antara dua belah pihak melalui komunikasi. Sampaikan setiap keluh kesah yang kalian alami. Hubungan akan semakin kuat dengan komunikasi sehingga saling mengetahui satu sama lain.
Kepercayaan memang mahal harganya. Kita tidak dapat mengharapkan orang lain untuk mempercayai kita jika kita sendiri tidak dapat dipercaya. Percaya dimulai dari diri sendiri. Jika orang lain berkhianat, diri sendiri lah yang selalu ada sehingga semuanya kembali kepada diri kita masing-masing. Love yourself.
Penulis : Winda Kusuma Ayu
Referensi
https://www.psychologytoday.com/intl/basics/trust