Emotional Abuse, Apa Itu?

man covering face with both hands while sitting on bench

Saya merasa saya hina, saya nggak berguna sama seperti yg dikatakan ayah saya.” -MKI, Wanita, 18 Tahun

Apakah kamu pernah merasakan hal tersebut? Dikata-katai sehingga meragukan diri sendiri? Merasa takut terhadap seseorang karena takut mereka akan mempermalukan atau menghina kamu? Atau mungkin kamu mendengar kejadian tersebut dari teman kamu? Apakah itu membuat kamu mengira-ngira, ada apa sih sebenarnya? Kok bisa sampai begitu? Nah, MentalHealing.id punya jawabannya nih untuk kamu.

Abuse, atau kekerasan dalam bahasa Indonesia, berarti keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, dan paksaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Abuse memiliki berbagai tipe, seperti: fisik, emosi, mental, seksual, finansial, dan spiritual. Berdasarkan kasus di atas, kekerasan tersebut bisa dikategorikan ke dalam kekerasan emosional.

What Is Emotional Abuse?

Emotional abuse atau kekerasan emosional adalah suatu tindakan yang berulang yang dilakukan pelaku dalam bentuk menghina, mempermalukan dan menanamkan rasa takut dalam diri korban guna mengontrol mereka. Realita korban bisa jadi menyimpang dari realitas asli sehingga mereka menganggap kekerasan yang mereka alami adalah kegagalan mereka. Kekerasan emosional dapat terjadi di berbagai macam hubungan intrapersonal, baik antar keluarga, pasangan, maupun hubungan dengan rekan kerja.

Mereka yang mengalami kekerasan emosional dapat mengalami efek dalam jangka pendek dan juga jangka panjang. Secara jangka pendek, korban akan merasa bingung, takut, susah berkonsentrasi, dan kepercayaan diri yang rendah. Selain itu, korban juga mengalami mimpi buruk, sakit, dan jantung yang terus berdetak kencang. Sedangkan dalam jangka panjang, korban bisa mengalami kecemasan, insomnia, dan menarik diri dari bersosialisasi.

Signs of Emotional Abuse

Terdapat tanda-tanda perilaku kekerasan emosional yang bisa kamu waspadai, seperti:

  1. Mengontrol pergerakan/perilaku seseorang.
  2. Mengancam keamanan seseorang.
  3. Mengisolasi seseorang dari lingkungan sosialnya.
  4. Terus-menerus mengkritik,menghina, mempermalukan, dan menuduh seseorang.

Selain keempat ini, masih banyak tanda-tanda lagi kekerasan emosional. Akan tetapi, kadangkala pelaku kekerasan emosional tidak menyadari perbuatan mereka dan menunjukkan tanda-tanda yang lebih ‘halus’. Contohnya:

  1. Menghakimi sudut pandang seseorang tanpa berusaha mengerti.

Lahir dari intoleransi akan perbedaan dalam sebuah hubungan, sehingga terus tumbuh menjadi perilaku meremehkan dan merendahkan korban.

  1. Lebih fokus menyalahkan daripada memperbaiki.

Menyalahkan orang bisa menimbulkan hormon adrenalin sehingga meningkatkan energi dan percaya diri untuk sementara. Akan tetapi, jika ini menjadi sebuah kebiasaan, maka otak secara otomatis akan mengulang jika menginginkan hormon adrenalin. Seiring makin tingginya toleransi akan hormon adrenalin, maka perilaku menyalahkan orangnya pun akan semakin parah.

  1. Menggurui bagaimana seseorang sebaiknya berpikir dan merasakan dengan alasan membantu.

Hal ini dapat mengurangi nilai pada individualitas seseorang yang dapat berakibat seseorang mengorbankan integritasnya demi ego orang lain.

  1. Menunjukkan penyesalan setelah menyakiti, tapi tanpa kasih sayang.

Penyesalan datang setelah menyakiti, tapi penyesalan yang dimaksud di sini adalah ketika pelaku fokus akan rasa menyesal yang dialaminya ketimbang rasa sakit yang dialami oleh korban. Kadang, rasa penyesalan ini bisa berujung dengan self-victimization atau menjadikan diri sendiri korban.

  1. Mengurangi menunjukkan kasih sayang ketika ada perbedaan pendapat.

Ketika pelaku enggan menunjukkan kasih sayang ketika ada perbedaan pendapat, hal ini bisa menyebabkan korban merasa mereka tidak pantas menerima kasih sayang jika memiliki pendapat yang berbeda. 

  1. Mengklaim seseorang terlalu sensitif.

Dengan ini, pelaku membuat bahwa korban merasa dirinya bersalah karena merasa tersakiti akibat perilaku atau ucapan buruk yang dilakukan oleh pelaku. Kemudian pelaku akan membenarkan perbuatannya dengan berkata bahwa korban hanya bersikap lebay atau berlebihan.

  1. Merendahkan secara tidak langsung dan mengklaim bahwa seseorang itu tidak cerdas dan tidak kompeten.

Perilaku ini menyebabkan perbuatan pelaku terasa benar bagi korban sehingga secara tidak langsung memberikan kuasa ke pelaku untuk mendominasi hubungan. Akibatnya adalah pelaku terus-menerus merendahkan dan meremehkan korban.

  1. Menggunakan sarkasme.

Biasanya, pelaku akan beralasan bahwa ia hanya bercanda dan mengejek korban memiliki sense of humor yang rendah. Jika diteruskan, dapat berakibat perilaku pelaku semakin terang-terangan dan ganas.

  1. Membuat seseorang merasa berjalan di atas kulit telur karena takut mengecewakan.

Karena terus menerima kekerasan emosional, korban menjadi enggan dan ragu sehingga kegiatan sehari-hari terasa seperti berjalan di atas kulit telur, terlalu takut akan apa yang akan dihadapi jika pelaku kecewa akan dirinya.

Meski ini adalah tanda-tanda yang tergolong halus, perlu diingat bahwa dalam kondisi tertentu, kadang pelaku menyadari dengan penuh bahwa ia sedang melakukan kekerasan emosional kepada korbannya. Tapi ketika mereka ditanya atau ditentang, mereka justru akan menyalahkan korban. Kemudian saat korban sudah memahami dan mengancam pergi, pelaku akan mengalah dengan meminta maaf.

Healing from Emotional Abuse

Pertama, yang bisa kamu lakukan adalah mengenali dan mengakui bahwa kamu sedang berada di posisi korban. Kedua, usahakan untuk menjauh dari pelaku. Ketiga, carilah support dari lingkungan terdekat untuk membantu kamu. Kamu juga bisa menemui terapis jika kamu merasa kamu membutuhkannya dalam menghadapi trauma yang kamu alami.

Memang selalu lebih gampang berbicara ketimbang mempraktekkan. Akan tetapi, jangan takut untuk pergi dari hubungan yang tidak sehat. Kesehatanmu harus selalu menjadi prioritas utama. Jika kamu masih bingung sebaiknya harus bagaimana, kamu bisa mencoba berkonsultasi dengan psikolog profesional di MentalHealing.id. Jangan patah semangat dan terus semangat ya!

Penulis: Adibah Hana Widjaya

SUMBER

Steven Stosny, Ph.D.Subtle Signs of Emotional Abuse” diakses pada tanggal 28 Juli 2021.

Psychological Today, “Emotional Abuse” diakses pada tanggal 26 Juli 2021.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?