5 Ways to Communicate When You’re Hurt

three crumpled yellow papers on green surface surrounded by yellow lined papers

Communicate unto the other person that you would want him to communicate unto you if your positions were reversed.”

-Aaron Goldman

Akhir-akhir ini, sudah semakin sering kita dengar bahwa kunci suatu hubungan adalah komunikasi. Tapi, apakah kamu pernah merasa seperti usahamu berkomunikasi itu sia-sia karena apa yang ingin kamu sampaikan tidak sampai dan justru berujung dengan pertengkaran lainnya sehingga sering merasa malas berkomunikasi jika kejadian serupa terulang? Hal ini bisa jadi disebabkan karena cara komunikasi yang kamu gunakan itu kurang tepat, loh.

Komunikasi memang penting dalam suatu hubungan, tapi yang lebih penting lagi adalah komunikasi yang sehat sehingga tujuan pun dapat dicapai. Sayangnya, ketika sedang mengalami emosi yang negatif seperti marah, sedih, dan sebagainya, seringkali seseorang bersikap defensif dan cenderung menyalahkan lawan bicaranya. Meski hal ini wajar terjadi, dampak yang diberikan itu berbahaya karena dapat menyebabkan rusaknya suatu hubungan. 

4 Damaging Communication Problems

  1. Berpaling

Seringkali, kita hanya bercerita hal-hal yang berada di level permukaan kepada orang lain. Kebiasaan ini biasanya disebabkan karena seseorang merasa takut untuk membuka diri dan terlihat “lemah” di mata orang lain. Padahal, salah satu kunci sukses komunikasi adalah dengan menceritakan siapa kita sebenarnya dan apa yang sesungguhnya ingin kita sampaikan. 

  1. Kritik dan bersikap defensif.

Kadangkala, orang-orang hanya akan mengkomunikasikan apa yang tidak disukai. Mereka yang mengkritik biasanya akan menggunakan “kamu…” sebagai bentuk kritik dan menyebabkan ini menjadi seperti serangan langsung ke yang dikritik. Hal ini jelas akan menyebabkan yang dikritik menjadi defensif dan berakhir saling menuduh satu sama lain.  

  1. Dampak perbedaan niat dan ucapan.

Apakah kamu pernah merasa seperti “Bukan itu yang aku maksud” ketika mengobrol dengan orang lain? Atau mungkin merasa seperti “Kok kamu ngomongnya gitu sih?” Nah, ini disebabkan oleh otak kita yang memiliki filter tersendiri yang dapat mempengaruhi bagaimana kita menyampaikan sesuatu. Tentu saja, partner bicara kita juga memiliki fungsi filter yang serupa. Oleh karena itu, cara penyampaian yang keliru dapat menyebabkan kondisi yang lebih tegang ketimbang sebelum kamu mencoba untuk berkomunikasi.

  1. Symbolic error.

Sejatinya, kita tidak dapat mengetahui secara sepenuhnya tentang orang lain, meskipun mereka adalah orang terdekat kita. Karena itu, kita tidak tahu kapan sesuatu itu memiliki arti yang penting dalam hidup seseorang. Sebagai contoh, misal kamu terbiasa memakan opor di hari raya, tapi pasanganmu tidak. Ia justru ingin makan rawon untuk hari raya. Perbedaan ini dapat memicu pertengkaran kalian dan kamu pun merasa pasanganmu itu keras kepala dan begitupun sebaliknya. Padahal bisa saja ada alasan khusus dibalik keinginannya itu.

Jika kamu merasa semua masalah di atas ada pada dirimu, tidak perlu khawatir dulu. Ada berbagai tips tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan baik ketika kamu sedang atau sesudah merasa terluka akibat perbuatan orang lain.

  1. Kelola terlebih dahulu pikiran yang berkecamuk.

Ketika emosi kamu tinggi, tahan dulu keinginanmu untuk segera berkomunikasi. Dinginkan dulu kepala dan benahi pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala ketika kamu sudah lebih tenang. Dengan begini, proses berpikirmu akan lebih rasional dan tidak terlalu berat sebelah. Cari tahu apa yang membuatmu merasa terluka dan kenapa demikian sehingga kamu bisa lebih memahami perasaanmu dan apa yang sebenarnya kamu butuhkan.

  1. Kasih tahu dulu ingin membahas topik apa yang ingin dibicarakan sebelum memulai pembicaraan.

Biasanya, orang lupa untuk memberi tahu dan langsung menjatuhkan ‘bom’ begitu saja kepada lawan bicaranya. Padahal kamu tidak tahu apakah lawan bicaramu siap atau tidak untuk diajak ngobrol terkait konflik yang terjadi di antara kalian. Dengan kamu memberitahu atau mengabari terlebih dahulu ingin berbicara, maka lawan bicaramu pun dapat menyiapkan diri dulu.

  1. Berprasangka baik dengan hasil pembicaraan.

Banyak orang tidak ingin membicarakan apa yang mereka rasakan karena sudah takut duluan akan menyebabkan masalah baru. Hal ini wajar saja karena orang-orang memang memiliki kebiasaan atau cenderung sudah berasumsi duluan. Akan tetapi, ketimbang berprasangka buruk, ada baiknya kamu mencoba untuk berprasangka baik dulu ketika ingin berbicara dengan lawan bicaramu. Jika kamu yakin akan mendapatkan  hasil yang baik dari obrolan kalian, tanpa disadari kamu akan mendatangi mereka dengan dara dan energi yang lebih positif.

  1. Ungkapkan perasaanmu tanpa membenarkan perasaan maupun menyalahkan lawan bicara.

Walau mengekspresikan perasaanmu itu bagus ketika berkomunikasi, cara yang kamu gunakan perlu diperhatikan. Seringkali orang menyampaikan apa yang dirasakannya diikuti alasan kenapa ia merasa demikian, seperti “Aku marah karena kamu jarang ngabisin waktu sama aku.” 

Cara seperti ini justru akan memperburuk situasi karena lawan bicara akan menjadi defensif dan tidak akan mendengarkan ucapanmu. Karena itu, coba mulai dengan sampaikan apa yang kamu rasakan dan berhenti di situ dulu. Rasanya mungkin menakutkan karena kamu tidak tahu apa yang akan disampaikan oleh lawan bicaramu, tapi jika ia sayang kepadamu, maka ia akan bertanya kenapa kamu merasa seperti itu. Ini menandakan bahwa lawan bicaramu sudah siap terlibat dalam percakapan kalian.

  1. Beritahu apa yang kamu inginkan dan tawari solusinya.

Perasaan terluka biasanya muncul karena hal yang tidak diinginkan atau tidak disukai terjadi. Ketimbang membahas apa yang membenarkan perasaanmu, langsung saja membahas apa yang kamu inginkan dan solusinya. Misalnya; “Aku kangen kamu, jalan lagi yuk.” Dengan menggunakan cara ini, selain memudahkan kedua belah pihak untuk lebih memahami apa yang diinginkan oleh lawan bicara, juga dapat menghindari kemungkinan lawan bicara justru menjadi defensif.

Itu adalah 5 cara yang bisa kamu pakai untuk berkomunikasi dengan baik bersama pasangan, teman, ataupun keluarga sehabis terjadi suatu konflik. Memang tidak gampang untuk langsung dipraktekkan, tapi kamu bisa mulai mencobanya secara perlahan. Jika kamu masih merasa bingung harus bagaimana, jangan khawatir untuk bertanya ya, terutama kepada tenaga kesehatan mental profesional seperti di layanan konseling dengan psikolog berlisensi di MentalHealing.id. 

Penulis: Adibah Hana Widjaya

SUMBER
Jennice Vilhauer Ph.D. 3 Ways to Communicate Your Feelings After You’ve Been Hurt diakses pada tanggal 20 September 2021.
Kevin D. Arnold Ph.D., ABPP The Antidote to Poisonous Communication diakses pada tanggal 20 September 2021.
Ali Drucker. How To Tell Someone They’ve Hurt You So They Don’t Get Defensive diakses pada tanggal 22 September 2021.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?