Red flags in Relationship

selective-photography of stop signage

“Aku capek sama dia, padahal waktu kita pdkt dulu dia gak sejahat ini…”

Pernahkah Teman Healing mendapati pasangan atau teman dekat kalian mengalami perubahan pada karakternya? Memang manusia memiliki karakter yang dinamis dan sering berubah, namun mungkin ada beberapa orang yang karakternya berubah menjadi orang yang tidak sebaik ketika kita awal bertemu dengannya. Jika hanya satu atau dua kali saja perubahan tersebut berdampak tidak baik bagi kita lalu dia meminta maaf dan mengubah karakternya agar lebih baik lagi, mungkin tidak mengapa. Namun jika ternyata dampak tidak baik dari perubahan karakter tersebut malah terus menerus diterima oleh kita, maka hal tersebut tentu akan sangat mengganggu kita. 

Akhir-akhir ini, hal tersebut sering diberi istilah “red flags”, namun bukan berarti bendera warna merah ya, Teman Healing. Istilah red flags berarti sebuah peringatan atau tanda bahwa terdapat indikasi bahaya atau permasalahan pada suatu objek. Jadi, istilah ini disematkan pada seseorang atau suatu hal yang dianggap memiliki indikasi atau tanda-tanda yang bisa membahayakan.

Red flags juga bisa terjadi dalam hubungan romantis. Pada pasangan yang menjalin hubungan, red flags berarti tanda pada diri seseorang yang mengindikasikan orang tersebut berbahaya bagi pasangannya. Berbahaya dalam arti terdapat karakter atau perilaku pada seseorang yang dapat berdampak buruk bagi pasangannya di kemudian hari. 

Tentu kita tidak ingin terjerumus dalam hubungan dengan pasangan yang memiliki potensi red flags. Sebab jika itu terjadi, maka hubungan yang kita jalani akan tidak sehat dan berdampak buruk bagi kedua belah pihak. Maka, sebelum mengenal ciri-ciri dari pasangan yang memiliki indikasi red flags, terlebih dahulu kita coba untuk mengetahui ciri-ciri pasangan yang berpotensi membangun hubungan sehat bersama kita.

  • Ciri partner yang sehat
  1. You trust each other

Memiliki kepercayaan terhadap pasangan berarti kita yakin dan bisa mengandalkan pasangan. Selain itu, kita juga merasa aman ketika sedang bersama pasangan baik secara fisik maupun emosional. 

  1. You support each other

Saling memberikan semangat dan dukungan satu sama lain. Ketika hal buruk terjadi, maka kita dan pasangan akan bersama-sama menghadapi permasalahan dan saling mendukung untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut.

  1. You are equal partners

Kedua pihak dalam hubungan memiliki kesempatan yang sama dalam mengutarakan opini atau dalam memberikan saran. Selain itu, kedua pihak menentukan suatu keputusan bersama-sama, tidak ada ketimpangan di dalamnya. Kedua belah pihak merasa setara dan tidak memandang yang lainnya memiliki kekuasaan lebih.

  1. You can be yourself

Pasangan yang bisa membuat kita terus menjadi diri sendiri, tidak menutup-nutupi dan saling terbuka satu sama lain. Dengan kata lain, pasangan yang bisa menerima kita apa adanya, baik dari kelebihan maupun kekurangan kita.

  1. You communicate well and honestly with each other

Kita dan pasangan kita merasa nyaman untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan secara jujur dan jelas tanpa ada yang ditutup-tutupi. Mungkin akan susah ketika membahas terkait topik yang cukup sensitif atau cukup berat, namun pasangan dalam hubungan yang sehat tidak akan memaksa kita untuk menahan pembicaraan terkait topik tersebut.

  1. You have fun together

Kita dan pasangan merasa enjoy ketika menghabiskan waktu bersama meskipun dalam setiap harinya pasang-surut emosi terus terjadi.

  1. You respect each other

Pasangan dapat menghargai kita, dan begitu pula sebaliknya. Kedua belah pihak dapat menghargai target yang ingin dicapai serta nilai-nilai yang dipegang oleh kedua belah pihak.

  • Ciri pasangan yang berpotensi red flag

Perhatikan tanda bahaya—indikator bahwa ada sesuatu yang perlu dipertanyakan atau divalidasi. Seringkali ini adalah petunjuk bahwa sesuatu mungkin menjadi masalah di masa depan. Berikut adalah 10 red flags utama yang harus diwaspadai:

1. Lack of Communication

Individu yang patut diwaspadai adalah ia yang akan merasa sulit untuk membicarakan masalah atau mengungkapkan perasaan mereka. Seringkali, ketika dalam situasi dimana tampaknya sangat penting untuk bersikap terbuka dan jujur, mereka menjauhkan diri, dan membiarkan pasangannya menggantung, atau harus menghadapi situasi sendiri. 

2. Irresponsible, immature, and unpredictable.

Beberapa orang mengalami kesulitan menguasai keterampilan hidup dasar—mengurus diri sendiri, mengelola keuangan dan ruang pribadi mereka, dan lainya. Orang-orang ini mungkin masih dalam proses untuk tumbuh dewasa.  Jika demikian, mungkin hanya ada sedikit waktu dan energi yang tersisa untuk kamu dan masalahmu. Dengan kata lain, akan sulit untuk mengandalkan mereka untuk banyak  hal.

3. Lack of trust.

Ketika seseorang mengalami kesulitan untuk jujur ​​pada dirinya sendiri, mungkin sulit bagi mereka untuk jujur ​​kepada Kamu. Seseorang yang menganggap dirinya tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka tidak memiliki integritas dan kurang menghormati pasangannya. Kamu mungkin merasa, bahwa ada banyak “bagian yang hilang” darinya, karena begitu banyak yang tidak kamu ketahui atau sengaja disembunyikan darimu.

4. Significant family and friends don’t like your partner.

Jika ada sesuatu yang “tidak beres” tentang orang ini yang tampak jelas bagi mereka yang mengenal kamu dengan baik, Kamu mungkin perlu mendengarkan apa yang mereka katakan kepada Anda. Seringkali, dalam pergolakan hubungan baru, mendengar kritik tentang hubungan mungkin tidak diterima, tetapi orang lain mungkin melihat sesuatu dengan lebih jelas dari sudut pandang orang luar. 

5. Controlling Behavior

Demikian pula, pasangan mungkin berusaha untuk “membagi dan menaklukkan,” membuat pemisah antara kamu dan orang-orang penting dalam hidup Anda. Mereka mungkin iri dengan hubungan kamu yang dekat dengan orang-orang ini atau hanya merasa perlu untuk mengontrol ke mana kamu pergi dan dengan siapa kamu bergaul, membatasi dunia kamu untuk hanya mengizinkan apa yang penting bagi pasanganmu. 

6. Feeling insecure in the relationship.

Kamu mungkin sering merasa tidak tahu di mana posisi kamu dalam suatu hubungan. Alih-alih bergerak maju, membangun pengalaman bersama yang seharusnya memperkuat koneksi kamu dan pasangan, justru membuatmu merasa tidak nyaman, tidak pasti, atau cemas tentang ke mana arahnya. Kamu mungkin mencari jaminan dari pasangan kamu, tetapi entah bagaimana ini hanya sesaat dan cepat berlalu. Akibatnya, kamu mungkin bekerja lebih keras untuk menjaga hubungan tetap pada jalurnya sementara pasanganmu berkontribusi sedikit.

7.  A dark or secretive past.

Perilaku yang dicurigai, aktivitas ilegal, dan perilaku adiktif yang belum terselesaikan dan berlanjut ke hubungan kamu adalah tanda bahaya yang jelas. Tetapi Kamu tidak boleh mengabaikan atau memaafkan apa pun yang menurut kamu aneh atau membuatmu merasa tidak nyaman. Akan tetapi jika pasanganmu telah mencoba untuk memperbaiki diri dan hubungan,  itu adalah cerita yang berbeda.

8. Non-resolution of past relationships.

Ini termasuk tidak hanya hubungan intim tetapi juga hubungan dengan anggota keluarga dan teman. Jika seseorang tidak dapat mengevaluasi mengapa hubungan masa lalu tidak berhasil, atau secara konsisten menyalahkan pihak lain atas semua masalah, kamu dapat bertaruh dengan keyakinan besar bahwa hal yang sama dapat terjadi dengan hubunganmu.

9. The relationship is built on the need to feel needed.

Seringkali kita masuk ke dalam hubungan yang sangat terkait dengan kebutuhan kita. Kebutuhannya mungkin kamu dan pasangan, harus melakukan hal-hal tertentu agar merasa aman dan puas. Namun, jika dinamika ini adalah titik fokus dari suatu hubungan, mungkin hanya ada sedikit ruang untuk pertumbuhan nyata, secara individu atau sebagai pasangan.

10. Abusive behavior.

Akhirnya, dan tentu saja, segala bentuk pelecehan dan kekerasan, dari yang tampaknya ringan hingga yang sangat jelas—verbal, emosional, psikologis, dan tentu saja fisik—bukan hanya bendera merah tetapi pertanda besar yang menyuruh kamu untuk segera keluar dari hubungan tersebut. 

  • Cara “menangani” pasangan yang berpotensi red flags

Memang tidak setiap orang akan bisa dengan mudah menyadari tanda-tanda bahwa pasangannya memiliki indikasi red flags. Namun, kita tentu bisa berupaya menghindari pasangan dengan potensi red flags tersebut sebelum akhirnya melangkah terlalu jauh dengan pasangan. Maka, berikut sedikit tips agar kita lebih aware terhadap pasangan kita serta mengerti apa yang harus dilakukan jika kita sudah menyadari indikasi dari red flags tersebut.

  1. Listen

Maksud dari mendengar adalah coba untuk lebih peka terhadap pasanganmu. Inti dari sebuah hubungan adalah komunikasi. Ketika kamu mendengar perkataan darinya atau perkataan orang lain yang kamu percaya tentang pasanganmu dan kamu menangkap hal yang “problematik” di dalamnya, maka coba untuk tetap tenang dan tetap dengarkan sembari kamu menyusun strategi bagaimana harus menindaklanjuti sinyal-sinyal tersebut. 

  1. Ask Questions

Sebelum kamu berencana untuk menginvestigasi pasanganmu lebih lanjut, coba identifikasi perilaku atau perkataan apa saja yang menurutmu memiliki potensi bahaya. Kemudian tanyakan terlebih dahulu kepada dirimu mengapa hal tersebut membuatmu berpikir bahwa itu berbahaya. Selanjutnya, carilah waktu dan kesempatan yang tepat untuk mencoba berbicara baik-baik dengan pasanganmu terkait hal-hal yang kamu ingin tanyakan tentang perilaku atau perkataannya yang membuatmu berpikir bahwa hal tersebut adalah sinyal red flags. Kemudian cobalah untuk bertanya baik-baik dengan tidak menyudutkannya agar mendapatkan jawaban yang jelas terkait perilaku atau perkataannya yang mengganggumu. 

Lalu, mungkin setelah mendapatkan jawabannya, kamu dan pasanganmu bisa sama-sama berjanji untuk bersikap lebih baik lagi kedepannya.

  1. Watch

Bukan berarti kita harus terus mengawasi pasangan kita layaknya cctv. Namun lebih ke bagaimana kita dapat menangkap kalau-kalau ternyata red flags yang ada pada diri pasangan sudah menjadi sebuah pola. Maka cobalah untuk terus amati perilaku pasanganmu dan jika memang dirasa red flags itu sudah menjadi pola atau kebiasaan, cobalah untuk komunikasikan hal tersebut baik-baik dengan pasanganmu.

Penulis : Labibah Huwaida dan Putri A

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?