“….aku seorang korban broken home sejak TK…beberapa bulan papa saya tiba-tiba menghilang tanpa kabar entah keberadaannya dimana, mama saya hampir gila setelah perceraian, saya yg sudah dari kecil jadi korban pelampiasan mama, saya saat itu harus menguatkan mama…” – Wanita, 15 Tahun
“….Dulu pas umur 4 tahun ortu ku sering banget berantem sampe KDRT ….Aku bingung , cape” – Wanita, 16 Tahun
“Hallo kak saya punya banyak masalah dari kecil saya sudah broken home dan sampai sekarang saya merasa sangat sulit buat hidup…” – Wanita, 19 Tahun

Siapa disini yang memiliki luka saat masa kecil? Mungkin beberapa orang sudah sadar bahwa mereka memiliki luka batin di masa kecil. Namun, terdapat banyak orang yang masih belum menyadari bahwa mereka memiliki luka batin yang terbawa hingga dewasa, bahkan memengaruhi kehidupan masa dewasanya. Padahal, luka “anak kecil” (inner child) dalam diri seseorang perlu ditangani.
Secara umum, inner child merupakan aspek-aspek pembentuk kepribadian seseorang dari peristiwa dan pengalamannya pada masa kecil. Inner child juga merupakan bagian kepribadian yang berperilaku seperti anak kecil atau sisi kekanak-kanakan yang masih melekat pada individu. Sisi anak kecil tersebut tidak pergi karena ada pada alam bawah sadar, yang kemudian dapat memengaruhi masa sekarang dan perkembangan di masa dewasa.
Inner child bisa terluka dengan berbagai alasan, seperti kehilangan orang tua (meninggal atau bercerai), mengalami permasalahan keluarga seperti kekerasan dan kurangnya perhatian, mengalami peristiwa besar seperti sakit parah atau bencana alam, mengalami perundungan, pengabaian, dan sebagainya. Ketika anak dihadapkan pada situasi-situasi tersebut dan harus menghadapinya tanpa pendamping atau tanpa penanganan yang benar, maka akan menghambat perkembangannya. Seseorang yang mengalami luka inner child tetapi tidak menyadari atau menyembuhkannya, maka akan menjadi trauma dan terbawa sampai ia dewasa.
Bagaimana luka inner child memengaruhi kita di masa dewasa? Apabila memiliki inner child yang terluka dan berhubungan dengan orang tua, maka orang tersebut cenderung memiliki kelekatan yang lemah dengan orang tuanya. Pengaruh paling umum apabila memiliki luka inner child adalah munculnya perilaku melukai diri sendiri, merugikan diri sendiri, perilaku pasif-agresif, dan perilaku yang cenderung mengarah pada kekerasan.
Lalu, bagaimana jika terlanjur dewasa dan baru menyadari inner child yang terluka? Berikut beberapa saran untuk menyikapi inner child yang terluka.
- Hubungkan kembali dirimu dengan masa kecilmu
Sisihkan waktu untuk memikirkan dan mengenang kembali masa kecilmu, tulis apa yang membuatmu bahagia pada saat itu. Bayangkan seolah-olah ‘anak kecil’ itu hidup saat ini.
- Kenali inner child-mu secara spesifik
Coba kenali dan lihat pola kehidupan masa kecilmu, kemudian pahami pola yang sesuai untuk mengenali dirimu sendiri. Pola tersebut menggambarkan dirimu saat dewasa ini.
- Anak yang terabaikan: Pola ini muncul ketika kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua, seperti keadaan orang tua yang sibuk atau bahkan situasi dimana anak ditelantarkan atau mengalami pelecehan.
- Anak yang suka bermain: Pola ini merupakan pola anak kecil yang sehat, suka bermain dan spontan. Namun, terkadang mengalami pengabaian di masa dewasanya.
- Anak yang takut: Saat kecil, pola ini mendapatkan banyak kritikan dan memiliki kecemasan apabila tidak mendapatkan pengakuan atau afirmasi.
- Tuliskan pesan pada inner child-mu
Kamu bisa memulainya dengan meminta maaf pada inner child-mu karena selama ini belum menyadari atau tidak memperhatikan lukanya. Kemudian, kamu dapat menuliskan penjelasan bahwa kamu ingin membangun hubungan yang kuat dan sehat dengan inner child untuk berdamai dengannya.
- Perhatikan perasaanmu
Cobalah untuk tidak mengabaikan perasaan yang sedang dirasakan. Sadari jika itu perasaan takut, tidak aman, atau gembira, barangkali perasaan itu muncul karena kondisi tertentu dan merupakan bagian yang terbentuk karena adanya inner child-mu. Sekali lagi, coba perhatikan dan rasakan, jangan diabaikan.
- Perhatikan penilaian yang muncul dari diri sendiri
Terkadang penilaian datang dari diri sendiri. Penilaian seperti misalnya, “Rasanya sia-sia untuk berhubungan dengan perasaan saya saat masih kecil, saya sudah dewasa, seharusnya bisa menghadapinya”. Hal yang justru penting adalah untuk mendengarkan penilaian tersebut, terlebih jika inner child-mu juga muncul. Coba dengarkan, karena penilaian tersebut pantas untuk didengarkan. Dengan mendengarkannya, maka akan ada kesempatan untuk penilaian-penilaian tersebut dalam membentuk perasaanmu.
Luka inner child tidak serta merta dapat dihilangkan, mereka adalah bagian dari sejarah hidupmu. Kamu perlu segera menyadari apa yang membuatmu terluka agar dapat menyembuhkan trauma, amarah, dan rasa sakit ‘si kecil’. Jika membutuhkan bantuan profesional, jangan sungkan untuk segera menghubungi Psikolog, Psikiater, atau Terapis yang bisa membantumu.
Referensi:
https://ideapod.com/5-surprisingly-powerful-ways-to-heal-your-wounded-inner-child/
Penulis: Faradesyta Dhehantara