Manusia Si Peniru Ulung

woman in green jacket stands and pose on street

Belakangan ini banyak sekali tren viral yang berseliweran di media sosial kita. Mulai dari tren “TBL TBL TBL” hingga tren ring light yang menggunakan lagu berlirik “…cause i love you for infinity”. 

Semakin banyak orang yang melakukan tren di atas, rasanya semakin mendorong kita untuk melakukan tren tersebut, bukan? Atau mungkin secara tidak sadar kita telah mengikuti tren tersebut dalam kehidupan sehari-hari?

Mengikuti tren-tren yang sedang viral nyatanya menunjukkan bahwa kita adalah makhluk peniru yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman eksternal atau sosialnya alias social learner. Social learner ini selanjutnya dapat dijelaskan melalui social learning theory, lho! Seorang tokoh psikologi yang mengungkapkan teori ini adalah Albert Bandura, ia menekankan pentingnya mengamati, mencontoh, dan meniru perilaku, sikap, serta reaksi emosional orang lain bagi setiap individu untuk berkembang. Teori pembelajaran sosial ini mempertimbangkan bagaimana faktor lingkungan dan kognitif berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran dan perilaku manusia. 

Menurut Bandura, terdapat dua proses yang dapat menjelaskan perilaku meniru yang sering kita lakukan, yaitu: 

  1. Observational Learning

Manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilihatnya. Ini tidak terjadi hanya ketika manusia sudah dewasa dan sudah secara sadar mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya, justru sejak masih anak-anak sebenarnya manusia sudah meniru melalui proses penyerapan lingkungan dengan dengan pesat. Tidak asing dengan pernyataan bahwa manusia itu memerlukan model dalam hidupnya? Itu karena sejatinya manusia adalah peniru model yang ulung. 

Langkah-langkah belajar sosial melalui metode observasi adalah sebagai berikut:

  • Memfokuskan perhatian pada orang atau fenomena tertentu (models).
  • Menelaah dan melakukan hal yang serupa ataupun sama persis.
  • Melihat respon orang lain dari tindakannya. Jika dirasa tidak menimbulkan masalah besar, biasanya akan terus dilakukan.
  1. Mediational Process

Manusia merupakan makhluk pembelajar yang aktif alias tidak hanya menunggu stimulus datang begitu saja. Oleh karena itu, individu tidak secara otomatis mengamati perilaku seorang model dan langsung menirunya. Ada beberapa pemikiran sebelum peniruan, dan pertimbangan ini disebut proses mediasi. Proses mediasi ini jika dirincikan sebagai berikut:

  • Perhatian: Individu perlu memperhatikan perilaku dan konsekuensi dari perilaku tersebut. 
  • Retensi: Seberapa baik perilaku itu diingat.
  • Reproduksi: Ini adalah kemampuan untuk melakukan perilaku yang sama dengan yang ditunjukkan oleh model disertai dengan beberapa pertimbangan kepantasan, salah satunya adalah kemampuan fisik. 
  • Motivasi: Keinginan untuk melakukan perilaku yang biasanya dilandasi hasil akhir (penghargaan atau penghukuman).

“Lalu, mengapa kita seringkali meniru perilaku maupun gaya orang lain, ya?”

Terdapat beberapa penjelasan mengapa kita seringkali meniru orang lain, lho, teman Healing! Salah satu alasan paling kuat mengapa kita meniru orang lain adalah agar kita dapat diterima oleh lingkungan sosial kita. Dengan melihat dan mengamati perilaku orang lain, kita menjadi tahu hal atau perilaku apa saja yang diterima secara sosial. Selain itu, kita juga seringkali meniru perilaku orang lain karena kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan di suatu situasi sosial tertentu, misalnya ketika kita pergi ke sebuah restoran yang belum pernah kita kunjungi, biasanya kita akan mengamati makanan apa yang dipesan oleh orang lain sebagai referensi. 

Apakah meniru orang lain dapat bermanfaat bagi kita?

Selain diterima oleh lingkungan sosial kita, terdapat manfaat lain dari perilaku meniru orang lain, lho! Perilaku mengamati dan meniru orang lain ini nyatanya menjadi salah satu cara bagi manusia untuk bertahan hidup dan berkembang. Dengan mengamati orang lain, kita menjadi tahu konsekuensi dari suatu perilaku tanpa harus mengalaminya secara langsung sehingga kita bisa memilih  perilaku apa yang akan kita tiru. Meniru orang lain juga diketahui dapat meningkatkan kedekatan hubungan dengan orang lain, misalnya dengan meniru bahasa tubuh orang lain ketika sedang berinteraksi dapat meningkatkan kepercayaan orang lain terhadap kita.

Walaupun meniru orang lain memiliki berbagai manfaat, namun tetap perhatikan apa yang kita tiru, ya teman Healing! Sebab, tidak semua perilaku atau tren yang sedang viral baik untuk kita ikuti. 

Penulis: Rayza Ilfie Azkya Ashgarie dan Shafira Rahmadianti

REFERENSI

Connor Wood. (2020, January 23). Why Imitation Is at the Heart of Being Human. Greater Good. https://greatergood.berkeley.edu/article/item/why_imitation_is_at_the_heart_of_being_human

Haws, K. L., McFerran, B., & Liu, P. (2019, September 6). Why do we imitate others? Fast Company. https://www.fastcompany.com/90401349/why-do-we-imitate-others

McLeod, S. A. (2016). Bandura – social learning theory. Simply Psychology. www.simplypsychology.org/bandura.html (diakses pada 30 november 2021)

Rossano, M. J. (2014, Agustus). Imitating to Survive. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/mortal-rituals/201408/imitating-survive

Samson, A. (2012, April 11). Copy That. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/consumed/201204/copy

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?