Pemalu? Nervous? Bukan Berarti Tidak Mampu!

“Gimana, Kak, rasanya mengatasi tremor akibat sifat pemalu dalam diriku?” – KF, 19 tahun.

Apakah kalian pernah merasa grogi, tremor pada tangan bahkan seluruh tubuh, jantung berdegup kencang, hingga mengeluarkan keringat padahal sekujur tubuh terasa dingin? Hal-hal ini biasa terjadi ketika kita akan menghadapi sesuatu yang menurut kita sangat penting, seperti menjadi pembicara di sebuah seminar, menyanyi di atas panggung yang ditonton banyak orang, presentasi di kelas, maupun sekadar menyampaikan pendapat dalam suatu rapat kecil. Tentu, gejala-gejala di atas mempunyai nama, yakni rasa gugup atau gelisah yang lebih kita kenal dengan nervous

Rasa gugup atau nervous sebenarnya hampir berikatan dengan rasa malu atau shyness. Hanya saja, nervous muncul apabila seseorang akan menghadapi sesuatu hal yang sangat penting bagi dirinya atau ketika ia mencoba keluar dari zona nyamannya, sedangkan shyness adalah suatu kecemasan sosial dan hambatan interpersonal yang mengakibatkan seseorang melakukan pembatasan diri terhadap lingkungan sosialnya (Indo Positive, 2019). 

“Berarti, shyness itu tidak bisa dihilangkan ya, Kak, daripada nervous?”

Tenang, keduanya bisa diatasi, kok! Tanpa uluran tangan orang lain pun, kita dapat mengatasinya sendiri, lho. Sebab, pada dasarnya, seseorang yang mampu menyembuhkan diri kita ialah kita sendiri. Satu hal yang perlu diketahui, nervous dan shyness dialami oleh hampir seluruh individu di dunia. Jadi, kedua hal tersebut merupakan hal yang wajar, ya. Namun, pernahkah terlintas dalam benak kalian, bahwa diri kita, mau tidak mau, harus maju? Zaman sudah kian berkembang, apa iya, kita mau membiarkan diri kita tenggelam dalam lautan teknologi-teknologi canggih? Pada akhirnya, kita, secara tidak langsung, ‘dipaksa’ oleh sang waktu untuk bangkit dari zona nyaman. Namun, untuk mampu keluar dari zona nyaman memang tidak mudah. Diperlukan keberanian untuk mencapai hal itu. Dan, keberanian tidak semudah itu kita dapat.

Takut? Jangan! Yuk, kita bersama-sama melangkah maju! Setidaknya, satu langkah setiap hari. Berikut step by step yang diperlukan untuk mengentaskan diri dari nervous:

  1. Persiapan yang matang.

Dengan adanya perencanaan maupun perancangan sebelum melakukan sesuatu, tentu tidak akan ada lagi kata “ragu” dalam kamus hidup kita. Sebuah perencanaan adalah hal yang sangat penting ketika akan menghadapi sesuatu yang sama pentingnya pula bagi diri kita. Sebagai contoh, kita akan maju presentasi di depan kelas. Tentu, satu hari sebelumnya, kita sudah harus membaca-baca materi yang hendak kita sampaikan di hadapan teman-teman kita agar mereka paham akan materi tersebut. 

Berdasarkan contoh di atas, kita juga sudah melakukan satu kebaikan karena mampu keluar dari zona nyaman, lho, yakni kita telah membantu rekan-rekan kita memahami materi sebuah mata pelajaran maupun mata kuliah yang mungkin belum atau tidak mereka pahami sebelumnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, jika kita mampu keluar dari zona nervous, kita tidak hanya melakukannya untuk diri kita, melainkan juga orang lain mampu merasakan dampaknya. 

  1. Positive Self-talk

Keluar dari zona nyaman memang tidak mudah. Seringkali, kita merasakan ketidaknyamanan dalam diri, seperti keringat dingin, tremor pada tangan atau kaki, dan tanda-tanda lainnya yang diperlihatkan oleh tubuh kita saat menghadapi ketegangan. Bahkan, menurut Azelia Trifiana dalam artikelnya di www.sehatq.com, “ketegangan ini justru bisa membantu seseorang berkembang lebih jauh lagi. Tubuh akan mengantisipasi apa yang akan terjadi.” (Trifiana, 2020). Oleh karena itu, yuk, latih pikiran kita untuk mampu menghadapi rasa nervous! Dengan pemikiran-pemikiran baik, seperti, “Oke, ini saatnya aku untuk tampil, aku harus semangat!”, “Setelah ini, aku presentasi, aku harus bisa menjelaskan materi dengan jelas agar teman-temanku paham.”, “Aku harus melakukan hal ini. Karena kalau bukan aku, siapa lagi?”, dan hal-hal positif lain yang mampu membuat diri kita siap menghadapi ketegangan atau rasa nervous ini.

  1. Berbincang dengan orang yang dapat kita percaya.

Saat rasa nervous sudah tidak mampu dibendung lagi, berbincang dengan orang terdekat akan sangat membantu, entah itu orang tua, sahabat, kerabat, rekan yang dapat dipercaya, dan orang-orang lain yang kita rasa mereka dapat memberi solusi atau sekadar menjadi pendengar yang baik terhadap keluh kesah kita. Dengan menuangkan segala kegelisahan yang mengendap dalam diri, kita akan lebih siap menghadapi hal-hal yang akan kita hadapi nantinya, atau bahkan kita bisa mendapat beberapa saran dari orang yang dapat kita percaya tersebut. 

  1. Melakukan sesuatu hal yang membuat diri kita rileks.

Ketika kita merasa nervous, melakukan sesuatu hal yang membuat pikiran kita tenang akan sangat membantu, seperti mendengarkan lagu yang menenangkan, teknik pernapasan, mengunyah permen, hingga meditasi. Setelah melakukan semua atau salah satu dari hal-hal itu, kita pasti akan lebih siap untuk menghadapi hal yang akan kita lakukan.

Nah, itulah beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk meredakan atau bahkan menghilangkan rasa nervous. Lalu, bagaimana cara untuk menghilangkan shyness? Sebelum itu, yuk, kita mengenal shyness terlebih dahulu!

Layaknya penjelasan yang ada pada paragraf dua, shyness adalah suatu kecemasan sosial dan hambatan interpersonal yang mengakibatkan seseorang menarik diri dari lingkungan sosialnya (IndoPositive, 2019). Jennice Vilhauer, dalam Psychology Today menyebutkan, bahwa orang-orang yang pemalu sebenarnya ingin mendekati orang-orang di sekitarnya, tetapi, rasa takut akan penolakan dari lingkungannya sudah lebih dulu mengemuka dalam pikiran mereka. Maka, mereka cenderung melakukan penghindaran terhadap orang-orang sekitar, bahkan acara-acara sosial yang sebetulnya ingin mereka ikuti (Vilhauer, 2016). Dampak dari shyness dapat membahayakan diri sendiri, lho, Teman-teman. Sebab, hal itu menjadikan diri kita tidak memiliki teman untuk bercerita, yang mana nantinya, diri kita merasa kesepian. Dan dari rasa kesepian inilah, akan timbul beberapa masalah serius, seperti depresi dan anxiety disorder. Oleh karena itu, untuk dapat mengentaskan diri dari shyness, yuk, simak langkah-langkah di bawah!

  1. Buang prasangka-prasangka negatif.

Pada paragraf sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa orang-orang yang pemalu cenderung berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Hal tersebut wajar saja, jika hal-hal yang dipikirkan adalah hal positif. Pada dasarnya, orang-orang di sekitar kita akan memperlakukan diri kita kurang lebih sama dengan apa yang sudah kita lakukan kepada mereka. Oleh karena itu, apabila kita memang ingin berteman dengan seseorang maupun sekelompok orang, yuk, hilangkan dulu pikiran-pikiran negatif kita! Sebab, belum tentu, lho, orang tersebut akan berperilaku persis seperti yang ada di pikiran kita. 

  1. Fokus pada orang-orang sekitar.

Seringkali, kita terlalu terpaku pada diri kita dan pikiran-pikiran kita sendiri. Kita terlalu fokus dengan dunia kita, sehingga lupa dengan kenyataan yang ada. Karenanya, apabila kita ingin berteman dengan orang lain atau sekadar berbincang dengan mereka, yuk, atur arah fokus kita kepada orang itu! Kita bisa memakai pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti “Hai! Kenalin, aku Anto. Kamu siapa?”, “Kamu sekolah di mana sekarang?”, “Hobi kamu apa, sih? Siapa tahu, hobi kita sama, hehehe..”, dan sebagainya. Perkataan-perkataan tersebut dapat membantu kita mengakrabkan diri dengan orang lain. Sebab, basically, orang-orang sangat suka bercerita tentang dirinya. Istilahnya, “sok asyik” saja dulu, nanti juga kita akan menemukan orang yang mau berteman dengan kita. Semangat!

  1. Berilah diri kita sebuah peran dalam lingkungan sosial.

Salah satu cara agar kita mampu engage atau ikut serta dalam lingkungan sosial, tentu kita harus take part atau mengambil peran dalam lingkungan sosial tersebut. Entah itu sebagai penolong, pendengar yang baik, penasihat yang manjur, penyemangat, pencair suasana (humoris), maupun peran-peran positif lain yang dapat membantu orang lain dan diri kita sendiri. Dengan begitu, diri kita akan menjadi lebih bermanfaat karena telah berkontribusi dalam kehidupan orang lain. 

Tetapi, ingat, bantulah orang lain sewajarnya dan semampu diri kita saja, ya. Jangan terlalu berambisi untuk menyenangkan orang lain, atau yang biasa disebut dengan people pleaser. Sebab, nantinya, orang lain yang mendapat untung, diri kita sendiri malah buntung. 

Berdasarkan penjelasan di atas, tentu kita sudah mampu memahami, apa itu nervous dan apa itu shyness. Semoga sekumpulan tips atau langkah-langkah yang diberikan dapat membantu kalian mengenal diri kalian lebih jauh dan mampu keluar dari zona nyaman diri kita masing-masing, ya! Hmm… tampaknya, salah satu kutipan atau quote dalam sebuah akun instagram @kata.dete benar adanya. Berikut kutipannya:

“No need to hide behind the curtain, ‘cause it’s time to shine all over again.”—@kata.dete

Yap! Jadilah sinar, tidak hanya bagi dirimu, tetapi juga orang lain. Sebab, dunia akan redup tanpa sinarmu. 

Referensi:

IndoPositive. 2019. “Memahami Malu dalam Perspektif Psikologi”, (Online), (http://www.indopositive.org/2019/12/memahami-malu-dalam-perspektif-psikologi.html?m=1 , diakses pada 16 Februari 2021).

Trifiana, Azelia. 2020. “5 Cara Menghilangkan Nervous Saat Keluar Zona Nyaman”, (Online), (https://www.sehatq.com/artikel/cara-menghilangkan-nervous-saat-keluar-zona-nyaman , diakses pada 17 Februari 2021).

Vilhaure, Jennice. 2016. “4 Ways to Overcome Shyness”, (Online), (https://www.psychologytoday.com/us/blog/living-forward/201612/4-ways-overcome-shyness , diakses 17 Februari 2021).

Penulis: Teshalonika Putri Eklesia Thenu

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Open chat
💬 Ada yang bisa kami bantu kak?
Hi Kak👋
Ada yang bisa kami bantu?